Setiap orang niscaya ingin mendapat suatu kebahagiaan dalam hidup. Tetapi saygnya tidak semua orang bisa, merasakannya alasannya banyak sekali hambatan. Padahal, kebahagiaan tidak hanya buat pikiran menjadi rileks, tapi juga sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan.
Dr. Taufiq Pasiak, Kepala Devisi Neurosains/ Neuroanatomi Departemen Anatomi-Histologi, Fakultas UNiversitas Sam Ratulangi Manado, menyampaikan bahwa terdapat hu.bungan sangat akrab antara kebahagiaan, spiritualitas & otak.
"Kebahagiaan bisa, buat orang hidup lebih lama, survival (mampu bertahan), & mengurangi angka kesakitan," katanya, dikala program seminar Healthy Brain for Healthy Life, di MRCCC Siloam Semanggi, Sabtu, (14/1/2012).
Taufiq menandakan bahwa ada tiga faktor yg bisa, mempengaruhi kebahagiaan seseorang menyerupai dijelaskan dibawah ini:
1. Intentional activity
Aktivitas keseharian menyumbang 50 persen kebahagiaan. Artinya, setiap orang harus bisa, hidup berdampingan dengan orang lain dalam suatu hu.bungan yg bernilai. Bergaul, berteman, mengunjungi keluarga, silaturahmi, merupakan salah salah satu bentuk acara yg sanggup menaikkan tingkat kebahagiaan seseorang. "Bangsa kita ini bekerjsama bangsa gotong royong. Nilai kasatmata untuk menaikkan level kebahagiaan sudah ada, tapi kurang di eksplorrer dengan baik", katanya.
2. Faktor genetik
Mungkin banyak yg tidak menyadari bahwa kebahagiaan itu sebenaranya sanggup diturunkan alias genetik. Menurut taufiq, seseorang yg mempunyai keluarga bahagia, maka beliau mempunyai peluang lebih besar untuk senang ketimbang orang dengan keluarga yg tidak bahagia. "Bukan kebahagiaannya yg diturunkan, tetapi peluang menjadi bahagia. Makara ciptakan keluarga yg bahagia, alasannya itu peluang untuk membuat anak yg bahagia," katanya.
3. Bersyukur
Status sosial / kedudukan seseorang di masyarakat rupanya bukanlah faktor terbesar yg berkontribusi terhadap kebahagiaan, alasannya pengaruhnya hanya 10 persen. Bahkan lanjut Taufiq, kekayaan hanya mempunyai korelasi rendah dengan tingkat kebahagiaan. "Yang paling penting seseorang harus banyak bersyukur terhadap apa yg beliau miliki," katanya.
Dr. Taufiq Pasiak, Kepala Devisi Neurosains/ Neuroanatomi Departemen Anatomi-Histologi, Fakultas UNiversitas Sam Ratulangi Manado, menyampaikan bahwa terdapat hu.bungan sangat akrab antara kebahagiaan, spiritualitas & otak.
"Kebahagiaan bisa, buat orang hidup lebih lama, survival (mampu bertahan), & mengurangi angka kesakitan," katanya, dikala program seminar Healthy Brain for Healthy Life, di MRCCC Siloam Semanggi, Sabtu, (14/1/2012).
Taufiq menandakan bahwa ada tiga faktor yg bisa, mempengaruhi kebahagiaan seseorang menyerupai dijelaskan dibawah ini:
1. Intentional activity
Aktivitas keseharian menyumbang 50 persen kebahagiaan. Artinya, setiap orang harus bisa, hidup berdampingan dengan orang lain dalam suatu hu.bungan yg bernilai. Bergaul, berteman, mengunjungi keluarga, silaturahmi, merupakan salah salah satu bentuk acara yg sanggup menaikkan tingkat kebahagiaan seseorang. "Bangsa kita ini bekerjsama bangsa gotong royong. Nilai kasatmata untuk menaikkan level kebahagiaan sudah ada, tapi kurang di eksplorrer dengan baik", katanya.
2. Faktor genetik
Mungkin banyak yg tidak menyadari bahwa kebahagiaan itu sebenaranya sanggup diturunkan alias genetik. Menurut taufiq, seseorang yg mempunyai keluarga bahagia, maka beliau mempunyai peluang lebih besar untuk senang ketimbang orang dengan keluarga yg tidak bahagia. "Bukan kebahagiaannya yg diturunkan, tetapi peluang menjadi bahagia. Makara ciptakan keluarga yg bahagia, alasannya itu peluang untuk membuat anak yg bahagia," katanya.
3. Bersyukur
Status sosial / kedudukan seseorang di masyarakat rupanya bukanlah faktor terbesar yg berkontribusi terhadap kebahagiaan, alasannya pengaruhnya hanya 10 persen. Bahkan lanjut Taufiq, kekayaan hanya mempunyai korelasi rendah dengan tingkat kebahagiaan. "Yang paling penting seseorang harus banyak bersyukur terhadap apa yg beliau miliki," katanya.